Jakarta - Harga minyak dunia mengalami kenaikan signifikan setelah serangan drone di stasiun pompa Kaspia memicu gangguan pasokan. Peningkatan harga ini tercatat dalam perdagangan pada Selasa, 18 Februari 2025, di tengah ketegangan geopolitik yang memengaruhi jalur distribusi minyak mentah global.
Menurut laporan dari Reuters, harga minyak mentah Brent mengalami kenaikan sebesar 62 sen, atau 0,8 persen, menjadi sekitar 75,84 Dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) asal Amerika Serikat naik lebih signifikan sebesar 1,11 Dolar AS, atau 1,6 persen, sehingga mencapai harga 71,85 Dolar AS per barel, Rabu, 19 Februari 2025.
Kenaikan ini sebagian besar dipicu oleh serangan drone Ukraina yang menargetkan stasiun pompa di Rusia, khususnya pada jalur pipa Caspian Pipeline Consortium (CPC). Jalur pipa ini berperan penting dalam mengangkut minyak mentah dari Kazakhstan ke pasar global. Dampaknya tidak hanya pada harga, tetapi juga pada aliran minyak, dengan penurunan sebesar 30-40 persen pada hari Selasa.
Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak, mengonfirmasi adanya pengurangan aliran minyak yang signifikan akibat serangan tersebut. "Aliran minyak melalui pipa tersebut berkurang 30-40 persen pada hari Selasa," kata Novak. Berdasarkan perhitungan Reuters, pemotongan 30 persen setara dengan pengurangan pasokan minyak sekitar 380.000 barel per hari. Hal ini tentu memberikan dampak besar terhadap pasar minyak global.
Di samping pengaruh negatif dari serangan drone, pasar minyak juga menghadapi kejutan lain pada hari yang sama. Pelabuhan Laut Hitam Rusia di Novorossiisk menghentikan aktivitas pemuatan akibat cuaca buruk berupa badai. Dua sumber yang memahami situasi tersebut mengonfirmasi penghentian sementara ini, yang menambah tekanan pada pasar minyak.
"Brent sudah diuntungkan kemarin dari gangguan pasokan CPC, tetapi secara umum hal itu akan bergantung pada seberapa lama dan seberapa besar gangguan tersebut," ujar Giovanni Staunovo, seorang analis dari UBS. Staunovo menekankan bahwa durasi dan skala gangguan pasokan menjadi faktor penting yang mungkin memengaruhi harga minyak dalam jangka waktu yang lebih panjang.
Sementara itu, revisi terhadap ekspor pelabuhan di Novorossiisk juga dilakukan. Ekspor dari pelabuhan ini pada bulan Februari direvisi naik sebesar 0,24 juta metrik ton dari rencana awal menjadi 2,25 juta ton, yang setara dengan sekitar 590.000 barel per hari. Situasi ini menunjukkan adanya upaya untuk menyeimbangkan pasokan di tengah berbagai tantangan.
Kondisi ini menjadi perhatian global, terutama bagi negara-negara konsumen minyak yang mengandalkan pasokan dari wilayah tersebut. Dengan adanya ketidakpastian yang timbul dari situasi geopolitik dan faktor alam seperti cuaca buruk, fluktuasi harga minyak diperkirakan akan terus terjadi.
Para analis pasar dan pelaku industri terus memantau perkembangan situasi ini dengan cermat. Banyak yang berharap agar gangguan pasokan ini bisa diselesaikan dalam waktu yang cepat sehingga pasar bisa kembali stabil. Namun, dengan ketegangan politik yang masih berlanjut, mencapai kestabilan tersebut mungkin memerlukan waktu lebih lama.
Dalam konteks global, kenaikan harga minyak ini juga berdampak pada berbagai sektor ekonomi. Biaya transportasi dan produksi yang lebih tinggi bisa memicu inflasi, menambah beban bagi konsumen dan pelaku bisnis. Oleh karena itu, banyak pihak yang mengharapkan adanya kebijakan yang efektif untuk menangani fluktuasi pasar minyak agar dampaknya bisa diminimalkan.
Dengan adanya berbagai ketidakpastian ini, pemantauan terhadap situasi pasar minyak menjadi semakin penting. Penyesuaian strategi oleh perusahaan-perusahaan minyak dan pemerintah menjadi kunci untuk menghadapi tantangan yang ada.