Pangeran Hisahito Rayakan Upacara Dewasa di Jepang

Senin, 08 September 2025 | 13:54:48 WIB
Pangeran Hisahito Rayakan Upacara Dewasa di Jepang

JAKARTA - Jepang kembali menyoroti sejarah dan tradisi kekaisaran melalui perayaan usia dewasa Pangeran Hisahito, anggota keluarga kekaisaran pria pertama yang mencapai usia legal dalam empat dekade terakhir. Upacara ini bukan hanya simbolisasi kedewasaan seorang pangeran, tetapi juga menegaskan kesinambungan garis pewaris takhta Jepang di tengah berkurangnya anggota keluarga kekaisaran laki-laki.

Pangeran Hisahito, yang kini berusia 19 tahun, adalah keponakan Kaisar Naruhito dan berada di urutan kedua dalam garis pewaris takhta setelah ayahnya, Putra Mahkota Fumihito. Sebelumnya, ayahnya adalah pria terakhir yang menjalani upacara usia dewasa pada tahun 1985.

Ritual Tradisional dalam Upacara Dewasa

Seperti dilansir oleh The Independent, dalam upacara tersebut, para pengiring melepas ikat kepala sutra hitam dari kepala Pangeran Hisahito, menggantinya dengan mahkota dewasa pemberian Kaisar Naruhito. Prosesi ini menandai transisi resmi dari masa remaja ke dewasa menurut adat kekaisaran Jepang.

Pangeran Hisahito mengenakan pakaian upacara berwarna hitam dan menaiki kereta kenegaraan menuju tempat suci Istana Kekaisaran. Di sana, ia melakukan ritual penghormatan kepada leluhur, yang merupakan salah satu rangkaian penting dalam tradisi kerajaan.

Kehadiran Keluarga Kekaisaran

Upacara ini disaksikan oleh jajaran keluarga kekaisaran secara penuh. Kaisar Naruhito dan istrinya, Permaisuri Masako, hadir langsung sebagai simbol dukungan dan persetujuan atas transisi status Pangeran Hisahito. Tidak ketinggalan, orang tua pangeran, yaitu Putra Mahkota Fumihito dan Putri Mahkota Kiko, juga hadir menyaksikan putra mereka menapaki tahapan penting dalam hidup seorang anggota keluarga kekaisaran.

Kehadiran keluarga inti ini menekankan pentingnya kesinambungan tradisi dan garis keturunan, terutama mengingat jumlah anggota keluarga kekaisaran yang semakin berkurang.

Posisi Pangeran Hisahito dalam Garis Pewaris

Saat ini, Pangeran Hisahito berada di urutan kedua dalam garis pewaris takhta Jepang, setelah ayahnya, Putra Mahkota Fumihito. Ia merupakan anggota termuda dari 16 keluarga kekaisaran yang tersisa, dan termasuk dalam lima pria yang masih berada dalam garis pewaris.

Namun, fakta menarik yang menjadi sorotan banyak pengamat adalah tidak adanya lagi laki-laki setelah Hisahito dalam garis pewaris takhta, yang menimbulkan perhatian mengenai masa depan monarki Jepang dan kesinambungan tradisi laki-laki sebagai penguasa.

Batasan Undang-Undang Keluarga Kekaisaran

Sebagai catatan, Undang-Undang Keluarga Kekaisaran tahun 1947 hanya mengizinkan laki-laki untuk naik takhta. Aturan ini telah menjadi pembahasan publik dan politisi dalam beberapa dekade terakhir, terutama dengan semakin berkurangnya anggota laki-laki dalam keluarga kekaisaran.

Kondisi ini menegaskan pentingnya Pangeran Hisahito bagi keberlangsungan monarki Jepang, sekaligus menimbulkan perdebatan tentang kemungkinan revisi undang-undang untuk mempertahankan stabilitas dinasti.

Makna Tradisi Usia Dewasa

Upacara usia dewasa bukan sekadar seremonial, tetapi mencerminkan nilai budaya, tanggung jawab, dan kedewasaan seorang anggota keluarga kekaisaran. Ritual ini menekankan peran penting pangeran dalam menjalankan kewajiban sebagai pewaris takhta, termasuk menghormati leluhur, memimpin keluarga, dan menjalani kehidupan publik sesuai tradisi.

Bagi Pangeran Hisahito, prosesi ini menandai awal keterlibatan formalnya dalam tugas-tugas kekaisaran dan peran simbolik dalam kehidupan politik dan sosial Jepang.

Simbolisme dan Peran dalam Monarki

Selain menandai kedewasaan secara pribadi, upacara ini juga menjadi simbol stabilitas monarki Jepang. Pangeran Hisahito dipandang sebagai penerus yang diharapkan mampu menjaga kesinambungan tradisi, nilai budaya, dan legitimasi takhta di era modern.

Kehadirannya di garis pewaris takhta menjadi sorotan internasional karena peran monarki Jepang tidak hanya seremonial, tetapi juga terkait dengan identitas nasional dan sejarah panjang kerajaan yang telah berlangsung berabad-abad.

Tantangan Masa Depan Monarki

Seiring berkurangnya jumlah anggota laki-laki dalam keluarga kekaisaran, keberadaan Pangeran Hisahito menjadi sangat penting. Masa depan monarki menghadapi tantangan berupa:

Keterbatasan jumlah pewaris laki-laki.

Tekanan untuk mempertahankan tradisi sesuai Undang-Undang Keluarga Kekaisaran 1947.

Harapan publik dan pengamat internasional terhadap keberlanjutan monarki.

Upacara ini sekaligus menjadi pengingat bahwa tradisi dan modernisasi harus berjalan seiring, agar monarki tetap relevan di tengah perubahan sosial dan demografis Jepang.

Perayaan usia dewasa Pangeran Hisahito tidak hanya menandai langkah pribadi menuju kedewasaan, tetapi juga menjadi simbol kesinambungan keluarga kekaisaran Jepang. Dengan posisi penting dalam garis pewaris takhta, prosesi ini menegaskan tanggung jawab, tradisi, dan harapan bagi masa depan monarki.

Meskipun tradisi mengatur bahwa hanya laki-laki yang bisa naik takhta, Pangeran Hisahito saat ini menjadi titik tumpu masa depan monarki, sekaligus simbol stabilitas budaya dan politik yang telah terjaga selama berabad-abad. Upacara ini menghadirkan pesan jelas: kedewasaan individu dan kesinambungan institusi berjalan bersamaan dalam satu rangkaian tradisi yang kaya makna.

Terkini