Dokter Ingatkan Bahaya Obesitas Anak dan Cara Mencegahnya

Kamis, 18 September 2025 | 09:01:04 WIB
Dokter Ingatkan Bahaya Obesitas Anak dan Cara Mencegahnya

JAKARTA - Obesitas pada anak kini menjadi salah satu perhatian utama dalam dunia kesehatan. Banyak orang tua masih menganggap tubuh gemuk pada anak identik dengan sehat, padahal faktanya tidak selalu demikian. 

Pandangan ini justru bisa menyesatkan dan berisiko mengabaikan bahaya medis yang mengintai di balik kelebihan berat badan.

Menurut para ahli, obesitas bukan hanya masalah penampilan, melainkan kondisi medis serius yang dapat memengaruhi kualitas hidup anak hingga dewasa. Risiko penyakit kronis, gangguan metabolik, hingga masalah psikososial bisa muncul jika obesitas dibiarkan. 

Karena itu, pencegahan perlu dilakukan sedini mungkin dengan melibatkan keluarga, sekolah, hingga dukungan kebijakan pemerintah.

Kesadaran masyarakat terhadap dampak obesitas anak memang perlu ditingkatkan. Selain mengubah pola pikir bahwa anak gemuk pasti sehat, orang tua juga harus lebih peduli pada pola makan, aktivitas fisik, dan kebiasaan sehari-hari buah hati mereka.

Dokter spesialis anak Ria Yoanita menegaskan, "Obesitas pada anak bukan sekadar masalah penampilan, melainkan kondisi medis serius yang meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis di kemudian hari, seperti diabetes, hipertensi, penyakit jantung, hingga gangguan psikososial." 

Pernyataan ini menunjukkan bahwa obesitas harus dipandang sebagai isu kesehatan, bukan sekadar estetika.

Menurutnya, pemahaman yang keliru sering muncul di masyarakat, terutama anggapan bahwa anak yang gemuk pasti sehat. "Anggapan itu perlu diluruskan," jelas Ria. Ia menekankan, orang tua berperan penting dalam membentuk pola makan sehat sejak dini, salah satunya melalui pemberian ASI eksklusif serta MPASI sesuai usia.

Langkah sederhana seperti ini dapat berdampak besar pada perkembangan anak di masa depan. Pola makan yang baik akan membentuk kebiasaan sehat yang bisa terbawa hingga usia remaja bahkan dewasa.

Selain pemberian ASI dan MPASI sesuai tahap, Ria juga menekankan pentingnya membatasi konsumsi gula tambahan. "Harus dibatasi karena terbukti meningkatkan risiko obesitas dan penyakit metabolik," ujarnya. Minuman manis seperti teh dalam kemasan, minuman bersoda, hingga jus dengan tambahan gula merupakan salah satu penyumbang terbesar kalori berlebih pada anak.

Orang tua disarankan lebih memperhatikan pilihan minuman dan makanan ringan anak sehari-hari. Membiasakan anak mengonsumsi air putih, susu tanpa gula, serta camilan sehat dari buah atau makanan olahan rumahan bisa menjadi solusi sederhana.

Langkah pencegahan tidak berhenti pada pola makan, tetapi juga mencakup gaya hidup aktif. Anak-anak perlu banyak bergerak, bermain di luar rumah, dan membatasi waktu penggunaan gawai. Aktivitas fisik yang cukup dapat membantu menjaga metabolisme tetap seimbang.

"Anak perlu aktif bergerak, bermain di luar rumah, serta dibatasi waktu layar. Selain itu, tidur yang cukup, lingkungan keluarga dan sekolah yang mendukung pola makan sehat, serta pemantauan rutin berat badan dan indeks massa tubuh juga penting dilakukan," tambah Ria. Pesan ini menegaskan bahwa pencegahan obesitas bersifat multidimensi, melibatkan banyak aspek kehidupan anak.

Sekolah pun diharapkan dapat berperan aktif dengan menyediakan makanan sehat di kantin, mengatur waktu olahraga yang cukup, serta mendukung program edukasi gizi. Dengan demikian, lingkungan sekolah menjadi tempat yang kondusif untuk menjaga kesehatan anak.

Selain itu, faktor tidur yang sering dianggap sepele juga berpengaruh. Anak yang kurang tidur berisiko mengalami gangguan metabolisme yang dapat memicu kenaikan berat badan.

Terkait dengan langkah pemerintah, Ria menyoroti rencana pengenaan pajak pada minuman berpemanis. Menurutnya, kebijakan ini sudah terbukti efektif di beberapa negara untuk menurunkan konsumsi minuman manis. "Studi di Amerika Serikat menunjukkan adanya penurunan indeks massa tubuh anak setelah pajak minuman manis diterapkan di beberapa kota," jelasnya.

Namun, ia juga mengingatkan bahwa pajak tidak bisa berdiri sendiri. Efektivitasnya sangat bergantung pada faktor lain, seperti besarnya tarif pajak, ketersediaan alternatif minuman sehat yang terjangkau, serta dukungan kebijakan lain. Edukasi gizi, pembatasan iklan makanan tinggi gula, garam, dan lemak, serta penyediaan lingkungan sehat di sekolah adalah kombinasi yang bisa memperkuat dampak kebijakan tersebut.

Dengan begitu, strategi pencegahan obesitas bisa berjalan lebih terpadu. Pemerintah, keluarga, dan masyarakat memiliki peran yang saling melengkapi untuk melindungi generasi muda dari ancaman obesitas.

Pada akhirnya, obesitas anak bukan masalah yang bisa diselesaikan dengan satu cara saja. Ria menekankan, "Pencegahan obesitas anak harus dilakukan secara komprehensif yang dimulai dari keluarga, didukung sekolah dan masyarakat, serta diperkuat dengan kebijakan pemerintah, termasuk pajak gula, yang terbukti menjadi salah satu strategi efektif bila dijalankan secara terpadu."

Dengan kolaborasi yang kuat, peluang untuk menekan angka obesitas anak di Indonesia akan semakin besar. Langkah kecil yang dilakukan di rumah, seperti membatasi minuman manis dan mendorong anak lebih aktif bergerak, bisa berdampak besar bila didukung secara luas.

Obesitas anak adalah tantangan bersama. Jika dibiarkan, konsekuensinya tidak hanya membebani kesehatan individu, tetapi juga sistem kesehatan secara nasional di masa mendatang. Karena itu, setiap langkah pencegahan menjadi sangat berharga demi menciptakan generasi yang lebih sehat.

Terkini