Ketahanan Energi Nasional Meningkat Dorong Transisi Bersih Berkelanjutan

Selasa, 30 September 2025 | 11:29:56 WIB
Ketahanan Energi Nasional Meningkat Dorong Transisi Bersih Berkelanjutan

JAKARTA - Ketahanan energi semakin menjadi isu strategis di tengah meningkatnya kebutuhan masyarakat dan dunia industri.

Indonesia memperlihatkan perkembangan positif dengan naiknya Indeks Ketahanan Energi (IKE) pada 2024. Kondisi ini menandai bahwa langkah-langkah pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam menjaga ketersediaan energi mulai membuahkan hasil nyata.

Ketahanan energi bukan hanya soal pasokan yang mencukupi, tetapi juga mencakup keterjangkauan harga, aksesibilitas yang merata, serta penerimaan masyarakat terhadap energi bersih.

Oleh karena itu, indeks yang terus meningkat menunjukkan fondasi kuat dalam menghadapi tantangan global, termasuk transisi menuju energi berkelanjutan.

Upaya yang dilakukan tidak hanya bersifat jangka pendek, tetapi juga diarahkan untuk menciptakan stabilitas energi nasional. Stabilitas tersebut menjadi salah satu penopang utama pembangunan ekonomi Indonesia ke depan.

Data Indeks Dan Perkembangan Skor

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat skor ketahanan energi Indonesia terus menunjukkan tren positif. IKE diukur dari empat aspek penting, yakni availability (ketersediaan), accessibility (akses), affordability (keterjangkauan), dan acceptability (penerimaan).

Penilaian ini dilakukan dengan melibatkan para pakar energi di berbagai wilayah. Hasil pengukuran kemudian dikelompokkan menjadi lima kategori. Skor 8-10 dinyatakan sangat tahan, skor 6-7,99 termasuk tahan, skor 4-5,99 kurang tahan, skor 2-3,99 rentan, dan skor 0-1,99 dikategorikan sangat rentan.

Pada 2025, nilai IKE Indonesia berada di angka 6,69, yang menempatkan Indonesia dalam kategori tahan. Perjalanan skor IKE sejak 2015 memperlihatkan grafik peningkatan yang konsisten.

Pada tahun tersebut, nilainya tercatat 6,16, lalu naik menjadi 6,38 pada 2016. Setelah stabil beberapa tahun, indeks kembali meningkat pada 2019 dengan skor 6,57. Kenaikan ini terus berlanjut hingga mencapai angka tertinggi pada 2024.

Meski demikian, posisi Indonesia masih berada di kategori tahan dan belum menembus kategori sangat tahan. Artinya, masih ada ruang besar untuk meningkatkan kualitas ketahanan energi nasional.

Tantangan Transisi Dan Pemanfaatan Energi Bersih

Mantan Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menegaskan bahwa capaian Indonesia masih dalam tahap awal. “Kita belum di angka 7, baru 6. Jadi kita baru masuk tahan, belum sangat tahan. Kategori tahan juga permulaan karena di PP 79 ada 4 variabel untuk hitung angka indeks ini berdasarkan hierarki proses dari beberapa kuesioner dari para ahli. Karena kita masih ada impor 3 jenis, jadi ada aspek availability, accessibility, affordability dan acceptability,” jelasnya.

BPS juga mencatat bahwa bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) pada 2024 belum sepenuhnya sesuai target. Dari target 19,49%, realisasi hanya mencapai 14,68%, meski naik 1,39% dibandingkan tahun 2023.

Kenaikan tersebut menunjukkan tren positif, tetapi juga memperlihatkan adanya tantangan untuk mempercepat penggunaan energi bersih. Produksi biodiesel mengalami peningkatan sebesar 6% pada 2024.

Tingkat pencampuran biodiesel dalam biogas oil telah mencapai 35%. Selain itu, pemanfaatan biomassa di sektor industri mencapai 20,73 juta ton. Data ini mencerminkan adanya kemajuan dalam pemanfaatan energi alternatif meski perlu akselerasi lebih lanjut.

Langkah-langkah tersebut menjadi bagian penting dari proses transisi energi. Peran industri, masyarakat, dan kebijakan pemerintah harus berjalan seiring agar pemanfaatan energi bersih dapat terus meningkat.

Arah Strategi Energi Di Masa Depan

Pemerintah menyiapkan berbagai strategi untuk memperkuat ketahanan energi nasional. Hilirisasi batu bara menjadi salah satu fokus, mengingat cadangan batu bara Indonesia yang cukup besar. Proses hilirisasi ini diharapkan mampu menghadirkan sumber energi baru sekaligus mengurangi ketergantungan pada impor.

Selain itu, pengembangan energi baru terbarukan akan terus diprioritaskan. Indonesia tidak bisa selamanya bergantung pada energi fosil.

Wakil Menteri ESDM Yuliot Tanjung menegaskan, “Untuk ketersediaan energi ke depan, itu tidak hanya berasal dari energi fosil, tapi kita juga akan memakai EBT, termasuk yang berasal dari bahan bakar nabati, itu berupa biosolar, bioetanol, dan biodiesel.”

Pernyataan tersebut memperlihatkan arah strategis pemerintah untuk memaksimalkan potensi energi hijau. Pemanfaatan bahan bakar nabati dipandang sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan sekaligus mendukung keberlanjutan.

Dengan kombinasi strategi hilirisasi dan percepatan energi terbarukan, Indonesia berpeluang besar memperkuat indeks ketahanan energi. Peningkatan skor IKE dari tahun ke tahun menjadi bukti bahwa arah kebijakan sudah berada di jalur yang tepat. Tantangan tetap ada, tetapi dengan kolaborasi lintas sektor, masa depan energi Indonesia dapat lebih berdaulat, bersih, dan berkelanjutan.

Terkini