JAKARTA - Harapan besar kembali tertuju pada Manchester City menjelang dimulainya fase grup Liga Champions 2025/26. Namun, di tengah sorotan publik yang menempatkan mereka sebagai salah satu unggulan utama, manajer Pep Guardiola justru melontarkan pernyataan yang berbeda. Alih-alih menegaskan City sebagai kandidat juara, Guardiola memilih merendah dengan menyebut timnya bukanlah favorit.
Komentar itu muncul dalam konferensi pers sebelum laga perdana melawan Napoli di Etihad Stadium, 19 September 2025. Menurut Guardiola, persaingan Liga Champions terlalu ketat untuk memastikan siapa yang layak disebut unggulan utama.
“Sepertinya kami bukan (salah satu kandidat juara), kami hanya menang sekali. Itu terlalu berat mengingat tingkat kesulitan kompetisi ini,” ujar Guardiola.
Rekam Jejak City di Liga Champions
Manchester City memang baru sekali mencatatkan sejarah dengan menjuarai Liga Champions pada musim 2022/23, ketika mengalahkan Inter Milan di final. Sejak saat itu, meskipun skuad mereka sarat bintang, City kerap tersandung di fase krusial kompetisi elite Eropa tersebut.
Fakta itu membuat komentar Guardiola terasa masuk akal. Meski mendominasi di kompetisi domestik, termasuk menjuarai Liga Inggris musim 2023/24, City masih sering dianggap belum sepenuhnya “berjodoh” dengan Liga Champions.
Namun, pandangan publik berbeda. Dengan skuad yang dihuni Erling Haaland, Kevin De Bruyne, Phil Foden, hingga Josko Gvardiol, banyak pihak menilai City adalah salah satu tim paling lengkap dan siap menghadapi kerasnya persaingan Eropa.
Statistik Tak Mendukung Pernyataan Guardiola
Menurut data dari Opta Analyst, peluang Manchester City menjuarai Liga Champions musim ini mencapai 8,4 persen. Angka itu memang lebih kecil dibandingkan Liverpool (20,4 persen), Arsenal (16 persen), dan PSG (12,1 persen), tetapi tetap menempatkan mereka di jajaran empat besar kandidat juara.
Secara matematis, City memiliki modal yang cukup kuat. Selain kualitas pemain, faktor pengalaman Guardiola di kancah Eropa menjadi nilai tambah. Sang pelatih sudah berulang kali membawa timnya melaju jauh di turnamen ini, meski sering terhenti sebelum final.
Dengan kondisi itu, pernyataan Guardiola bisa dianggap sebagai strategi psikologis untuk menurunkan tekanan terhadap skuadnya. Dengan merendah, ekspektasi publik mungkin lebih terkendali, sementara tim bisa fokus bermain tanpa beban berlebih.
Menikmati Proses, Bukan Mengejar Label
Guardiola menegaskan bahwa tujuan utamanya musim ini bukanlah membebani tim dengan status favorit. “Kami hanya ingin menikmati perjalanan ini dan fokus dari satu laga ke laga berikutnya,” katanya.
Pernyataan itu mencerminkan filosofi sang pelatih yang lebih memilih proses daripada sekadar label. Bagi Guardiola, menaruh ekspektasi terlalu tinggi justru bisa berbalik menjadi tekanan besar bagi para pemain.
Apalagi, Liga Champions terkenal dengan tingkat persaingan yang sangat ketat. Satu kesalahan kecil saja bisa membuat klub besar tersingkir lebih cepat dari perkiraan.
Ujian Awal Lawan Napoli
Laga perdana melawan Napoli akan menjadi tes penting bagi Manchester City. Klub asal Italia itu dikenal dengan gaya bermain agresif dan lini depan tajam yang bisa merepotkan tim manapun.
Kemenangan pada laga ini akan memberikan dorongan moral besar bagi City. Sebaliknya, hasil negatif bisa semakin memperkuat anggapan bahwa Guardiola benar dalam menyebut timnya bukan kandidat utama juara.
Namun, dengan kualitas skuad yang dimiliki, banyak pihak tetap menilai City akan mampu melewati tantangan awal ini. Erling Haaland, yang terus mencetak rekor di kompetisi Eropa, diyakini akan menjadi tumpuan utama lini depan.
Antara Strategi dan Realitas
Pernyataan Guardiola bahwa City bukan favorit juara bisa ditafsirkan dalam dua cara. Pertama, sebagai strategi untuk meredam ekspektasi dan menjaga fokus tim. Kedua, sebagai pengakuan bahwa Liga Champions memang masih menjadi teka-teki sulit bagi Manchester City, meskipun mereka nyaris tak tertandingi di level domestik.
Pada akhirnya, waktu yang akan membuktikan apakah komentar Guardiola hanya sekadar taktik merendah, atau memang cerminan realitas bahwa Liga Champions tetap menjadi medan paling sulit ditaklukkan.
Apapun alasannya, satu hal pasti: Manchester City tetap akan menjadi salah satu tim yang paling diperhitungkan di Liga Champions 2025/26. Dan bagi para penggemar sepak bola, perjalanan mereka musim ini tentu akan menjadi salah satu kisah paling menarik untuk diikuti.