JAKARTA - Perum Bulog menegaskan komitmennya dalam menjaga kualitas dan ketersediaan beras untuk program Makan Bergizi Gratis (MBG), memastikan seluruh pasokan berasal dari stok Bulog sendiri.
Langkah ini sejalan dengan amanat Instruksi Presiden (Inpres) yang mewajibkan Badan Gizi Nasional (BGN) menyerap beras Bulog untuk program tersebut, sekaligus menegaskan peran Bulog sebagai penopang ketahanan pangan nasional.
Direktur Utama Bulog, Ahmad Rizal Ramdhani, menjelaskan bahwa perseroan menyiapkan berbagai opsi beras untuk MBG, mulai dari kelas premium hingga medium, semuanya higienis, sehat, dan layak dikonsumsi. “Dalam Inpres tertuang jelas bahwa Badan Gizi Nasional (BGN) wajib menyerap beras Bulog. Kami siapkan opsi beras premium maupun medium, semuanya higienis, sehat, dan layak konsumsi,” ujarnya.
Distribusi beras MBG dilakukan secara terpusat melalui jaringan Bulog yang tersebar di seluruh kabupaten dan kota, menyesuaikan kebutuhan masing-masing Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di daerah. Dengan sistem distribusi yang tersentralisasi, Bulog memastikan ketersediaan beras tepat waktu dan jumlahnya sesuai permintaan wilayah.
“Koneksinya langsung ke kabupaten/kota. Jadi pasokan dari Bulog bisa terjaga sesuai kebutuhan wilayah,” tegas Ahmad Rizal.
Cadangan beras pemerintah (CBP) saat ini mencapai sekitar 3,9 juta ton, dan alokasi untuk MBG akan disesuaikan dengan kebutuhan di daerah. Meski saat ini belum semua wilayah menggunakan beras Bulog untuk MBG, pemerintah mendorong agar program ini sepenuhnya menyerap beras dari perseroan, guna memastikan kualitas dan kontinuitas pasokan.
“Sementara ini memang belum semua menggunakan beras Bulog, tapi sesuai arahan Presiden kita dorong agar MBG sepenuhnya menyerap beras Bulog,” imbuh Ahmad Rizal.
Kualitas beras menjadi prioritas utama Bulog. Perseroan menerapkan sistem pemeliharaan yang rutin, mulai dari pemeriksaan harian hingga triwulanan. Jika ditemukan beras yang mengalami kerusakan, Bulog menjalankan proses reprocessing untuk memastikan stok yang disalurkan tetap layak konsumsi.
“Beras yang masih layak akan kami bersihkan dan uji ulang di laboratorium. Yang tidak layak akan diproses menjadi pakan ternak,” jelasnya.
Program MBG sendiri bertujuan untuk mendukung tercapainya pemenuhan gizi masyarakat, khususnya anak-anak di wilayah pelosok. Dengan penyediaan beras dari Bulog, pemerintah berharap kualitas makanan tetap terjaga, sekaligus memperkuat ketahanan pangan nasional melalui penyerapan cadangan beras pemerintah.
Selain itu, pemantauan kualitas beras juga dilakukan melalui laboratorium internal Bulog untuk menguji kesesuaian standar konsumsi. Langkah ini tidak hanya menjaga keamanan pangan, tetapi juga meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program MBG.
Dengan sistem distribusi yang terintegrasi, Bulog dapat menyesuaikan pengiriman beras berdasarkan permintaan SPPG setiap daerah. Hal ini membuat pengelolaan stok lebih efisien dan mengurangi risiko kekurangan atau kerusakan beras di tengah perjalanan distribusi.
Lebih jauh, komitmen Bulog dalam program MBG juga mencerminkan peran strategis perseroan dalam mendukung program sosial pemerintah. Keberadaan Bulog sebagai penyedia beras utama membantu memastikan bahwa setiap kantong MBG yang disalurkan kepada masyarakat memenuhi standar gizi, higienis, dan aman untuk dikonsumsi.
Selain menyuplai beras, Bulog juga melakukan edukasi bagi unit pelaksana MBG terkait cara penyimpanan yang benar, sehingga kualitas beras tetap terjaga hingga sampai di tangan konsumen. Pendekatan ini menunjukkan bahwa Bulog tidak hanya bertindak sebagai distributor, tetapi juga sebagai pengawal kualitas beras nasional.
Ahmad Rizal menegaskan bahwa langkah-langkah ini akan terus ditingkatkan, sejalan dengan arahan Presiden dan Inpres yang berlaku. Dengan begitu, program MBG diharapkan dapat berjalan efektif dan memberikan manfaat optimal bagi masyarakat.
“Dengan sistem distribusi, pengujian kualitas, dan pemantauan rutin, Bulog memastikan setiap beras yang disalurkan melalui MBG tetap layak dan higienis,” pungkas Ahmad Rizal.