Investasi

Tantangan dan Peluang Investasi Energi Terbarukan di Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060

Tantangan dan Peluang Investasi Energi Terbarukan di Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060
Tantangan dan Peluang Investasi Energi Terbarukan di Indonesia Menuju Net Zero Emission 2060

JAKARTA - Transisi menuju energi terbarukan merupakan tantangan besar yang dihadapi berbagai negara, termasuk Indonesia. Dalam rangka mencapai target emisi nol bersih atau Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060, Indonesia harus berupaya keras mengatasi berbagai hambatan yang ada, salah satunya adalah minimnya investasi di sektor energi terbarukan. Forum Bisnis Indonesia-Prancis baru-baru ini menggali lebih dalam mengenai tantangan ini, juga peluang yang mungkin dapat dimanfaatkan.

Angela Lois Iskandar dari Bloomberg New Energy Finance mengutarakan kekhawatirannya terkait rendahnya tingkat investasi di sektor energi terbarukan yang bisa menghambat pencapaian target emisi nol bersih pada 2060. "Kurangnya investasi ini tentu menjadi perhatian serius, karena tanpa adanya dukungan finansial yang memadai, target ini akan sulit dicapai," demikian penuturannya.

Masalah investasi ini menjadi semakin kompleks dengan adanya beberapa bank besar yang menarik diri dari aliansi Net Zero Emission, meskipun sejumlah bank lainnya tetap teguh pada komitmen mereka terhadap pembiayaan berkelanjutan. Ini menunjukkan bahwa tantangan dalam sektor energi terbarukan tidak hanya datang dari sisi teknis, tetapi juga dari sisi ekonomi dan kebijakan.

Angela juga menggarisbawahi dampak potensial dari berkurangnya komitmen negara-negara maju terhadap Perjanjian Paris. Kerjasama global dianggap penting dalam membatasi pemanasan global, dan pelemahan komitmen ini dapat memperburuk situasi iklim di seluruh dunia, termasuk di Indonesia.

Mathieu Geze, Direktur Asia dari HDF Energy, memaparkan beberapa tantangan spesifik yang dihadapi Indonesia dalam transisi energi. "Kompleksitas geografis Indonesia membuat transisi energi menjadi lebih menantang dibandingkan negara lain. Di pulau-pulau besar seperti Sumatra, Jawa, dan Kalimantan, batu bara masih sangat dominan karena murah. Sementara di wilayah timur, kita masih tergantung pada pembangkit listrik tenaga genset mengingat jarak dan keterbatasan infrastruktur," katanya.

Geze juga menyinggung bahwa teknologi baru, seperti hidrometalurgi, menawarkan solusi potensi dalam mengurangi jejak karbon, khususnya di industri pengolahan nikel yang cukup signifikan di Indonesia.

Di sisi lain, Dharsono Hartono, Ketua Kadin Net Zero Hub (NZH), melihat adanya peluang dalam setiap tantangan. Ia menyatakan bahwa transisi energi tidak hanya sebuah keharusan, tetapi juga menawarkan banyak peluang bagi pelaku bisnis. "Teknologi berkelanjutan seperti panel surya, yang kini makin terjangkau, menunjukkan peluang besar. Prancis memiliki teknologi canggih, sementara Indonesia kaya akan sumber daya alam. Kerjasama antara kedua negara bisa sangat menguntungkan," tutur Hartono.

Hartono juga menyoroti pentingnya memastikan transisi energi ini dapat dilakukan secara adil dan merata bagi seluruh elemen masyarakat. Ketidakadilan dalam distribusi manfaat dapat memicu masalah sosial yang pada akhirnya menghambat kemajuan transisi yang sedang diupayakan.

CEO Eramet Indonesia, Jerome Baudelet, menjelaskan bahwa perusahaannya berkomitmen penuh terhadap target nol emisi pada tahun 2050. "Kami bekerja sangat keras, berkolaborasi dengan mitra-mitra dan bahkan para pesaing di Indonesia, untuk bersama-sama mencapai tujuan pengurangan emisi ini," ungkap Baudelet.

Sementara itu, Hartanto Wibowo, Direktur Perencanaan Korporat dan Pengembangan Bisnis PLN, memfokuskan perhatian pada hidrogen hijau sebagai solusi masa depan bagi transisi energi. Menurutnya, hidrogen hijau memiliki potensi besar untuk dikembangkan di Indonesia, mengingat ketersediaan ruang dan sumber daya yang memadai. Ia juga menekankan pentingnya kerjasama lintas sektor untuk mempercepat pengembangan teknologi ini.

PLN, sebut Wibowo, juga aktif dalam proyek pengurangan emisi karbon melalui alam dan ikut serta dalam penjualan karbon kredit di pasar karbon sukarela. Namun demikian, ia menegaskan tekad untuk memastikan bahwa setiap proyek dilakukan secara transparan guna menghindari praktek menyesatkan seperti greenwashing.

Diskusi dalam forum tersebut menyoroti betapa pentingnya kolaborasi dan inovasi untuk mencapai transisi energi yang berkelanjutan di Indonesia. Tantangan yang ada tidak bisa diatasi oleh satu pihak saja, namun memerlukan kerjasama dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, swasta, dan masyarakat luas.

Upaya mencapai target Net Zero Emission 2060 tidak bisa dianggap ringan. Faktor seperti kesediaan investasi, kemajuan teknologi, dan dukungan kebijakan akan memainkan peran penting dalam menentukan keberhasilan ini. Jika berhasil, Indonesia tidak hanya akan mendapatkan lingkungan yang lebih bersih, tetapi juga peluang ekonomi yang besar dari sektor hijau yang berkembang pesat.

Transisi energi mungkin memerlukan biaya jangka pendek, tetapi keuntungan jangka panjangnya begitu cerah untuk diabaikan. Kini saatnya bagi Indonesia bergerak maju dengan langkah yang berani, didukung oleh komitmen serta investasi yang kuat demi masa depan yang lebih baik.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index