Pertumbuhan Industri

Proyeksi Pertumbuhan Industri Pembiayaan 2025: Tantangan dan Peluang di Tengah Geopolitik Global

Proyeksi Pertumbuhan Industri Pembiayaan 2025: Tantangan dan Peluang di Tengah Geopolitik Global
Proyeksi Pertumbuhan Industri Pembiayaan 2025: Tantangan dan Peluang di Tengah Geopolitik Global

Jakarta – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memprediksi pertumbuhan penyaluran pembiayaan oleh industri pembiayaan pada tahun 2025 akan mengalami tantangan yang signifikan, dengan kemungkinan kinerja lebih rendah dari target yang ditetapkan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh dampak gejolak eksternal, termasuk kondisi geopolitik yang berpengaruh pada perekonomian global. OJK menyoroti bahwa sektor otomotif, terutama penjualan kendaraan bermotor, dapat terdampak akibat dinamika ini.

"Kondisi eksternal yang tidak menentu dapat mempengaruhi penjualan kendaraan bermotor," ungkap Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya (PVML) OJK, dalam keterangan resmi pada Rabu, 19 Februari 2025.

Data dari Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (GAIKINDO) menunjukkan bahwa sepanjang periode Januari-Desember 2024, penjualan kendaraan bermotor mengalami penurunan 13,93 persen year-on-year (yoy) dari 1.005.802 unit menjadi 865.723 unit. Meski terjadi penurunan pada penjualan, penyaluran pembiayaan kendaraan bermotor justru mencatatkan pertumbuhan sebesar 11,91 persen yoy, mencapai Rp402,43 triliun.

"Fakta bahwa penyaluran pembiayaan tetap tumbuh positif meskipun penjualan kendaraan menurun menunjukkan kapasitas industri pembiayaan untuk beradaptasi dalam menghadapi tantangan," lanjut Agusman.

Memasuki penghujung 2024, piutang pembiayaan meningkat ke level Rp503,43 triliun, dengan pembiayaan multiguna menempati porsi terbesar yaitu 50,42 persen. Sementara itu, pembiayaan investasi dan modal kerja masing-masing menyumbang 33,87 persen dan 9,91 persen. Pembiayaan lain-lain dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah masing-masing mencakup 0,34 persen dan 5,45 persen.

Pada Desember 2024, pembiayaan syariah mencatat pertumbuhan sebesar 10,11 persen yoy, mencapai Rp27,43 triliun. Pertumbuhan ini ditopang oleh peningkatan dalam pembiayaan investasi dan jasa. "Kami memprediksi, pembiayaan syariah masih akan terus tumbuh positif pada tahun 2025, didorong oleh diversifikasi produk dan penambahan pembiayaan syariah baru," jelas Agusman.

Meski demikian, pertumbuhan industri pembiayaan secara keseluruhan hanya mencapai 6,92 persen yoy untuk piutang pembiayaan per Desember 2024, tidak mencapai tingkat pertumbuhan dua digit akibat penurunan penjualan kendaraan bermotor. Agusman memperkirakan, dengan mempertimbangkan kondisi ini, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan dapat tumbuh positif sebesar 8-10 persen yoy pada 2025.

Selain itu, ada optimisme dalam industri pembiayaan dari segi penyaluran pembiayaan kendaraan listrik. Hingga November 2024, angka penyaluran mencapai Rp16,61 triliun atau setara dengan 1,81 persen dari total piutang pembiayaan. "Melihat perkembangan dan dukungan pemerintah dalam ekosistem kendaraan listrik, pembiayaan ini memiliki potensi besar untuk berkembang lebih jauh dan berkontribusi pada upaya percepatan ekosistem green financing di Indonesia," ucap Agusman.

Dengan dinamika seperti ini, OJK dan pelaku industri pembiayaan harus cermat dalam menyusun strategi guna menghadapi tantangan yang ada, sekaligus memanfaatkan peluang yang muncul dari inisiatif pengembangan teknologi hijau dan diversifikasi produk pembiayaan. Penguatan kerangka regulasi serta inovasi produk pembiayaan perlu difokuskan agar industri ini bisa terus bertumbuh dan berkontribusi pada perekonomian nasional.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index