JAKARTA - Pembangunan infrastruktur kembali menjadi prioritas utama di awal masa pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.
Salah satu langkah konkretnya diwujudkan melalui dimulainya proyek Tol Bogor–Serpong via Parung, yang menjadi jalan tol perdana di bawah kepemimpinannya. Penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) beserta Perjanjian Penjaminan dan Perjanjian Regres digelar di kantor Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Jakarta, pada Jumat, 3 Oktober 2025.
Acara penandatanganan tersebut turut disaksikan langsung oleh Menteri PU Dody Hanggodo, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Wilan Oktavian, Dirjen Bina Marga Roy Rizali Anwar, serta dua direktur utama BUMN konstruksi terkemuka, yakni Dirut PT Jasa Marga (Persero) Tbk Rivan Achmad Purwanto dan Dirut PT Adhi Karya (Persero) Tbk Entus Asnawi Mukhsan.
Momen ini menandai dimulainya era baru pembangunan infrastruktur strategis nasional yang lebih terintegrasi dan terarah di bawah pemerintahan baru.
Nilai Investasi dan Rencana Konstruksi
Kepala BPJT Wilan Oktavian mengungkapkan, proyek Tol Bogor–Serpong via Parung ini memiliki nilai investasi sebesar Rp12,35 triliun dengan panjang total 32,03 kilometer (km). Dari total panjang tersebut, 27,83 km berada di wilayah Jawa Barat dan 4,2 km di Banten.
“Alhamdulillah penandatanganan perjanjian pengusahaan jalan tol dapat dilaksanakan hari ini karena salah satu persyaratannya, yaitu perizinan lingkungan, baru saja kami peroleh,” ujar Wilan.
Proyek ini dirancang untuk memperkuat jaringan Jakarta Outer Ring Road (JORR) III, bersama beberapa ruas lain seperti Tol Kamal–Teluknaga–Rajeg (Kartaraja), Tol Sentul Selatan–Karawang Barat, dan Tol Semanan–Balaraja. Keberadaan Tol Bogor–Serpong via Parung diharapkan dapat mempercepat arus transportasi wilayah penyangga Jakarta, mengurangi kemacetan, sekaligus menstimulasi pertumbuhan ekonomi kawasan sekitar.
Rute dan Pembagian Seksi Pembangunan
Rute tol ini akan menghubungkan Persimpangan Salabenda di Bogor hingga Junction Serpong, melalui jalur Parung. Jalan bebas hambatan ini akan melintasi sejumlah kecamatan di Kabupaten Bogor, seperti Kemang, Ciseeng, dan Rumpin, serta sebagian wilayah Kabupaten Tangerang di Provinsi Banten.
Tol tersebut akan memiliki lima simpang susun dan dua pertigaan utama, serta dibangun dalam empat seksi utama:
Persimpangan Salabenda – SS Pondok Udik sepanjang 3,97 km
SS Pondok Udik – SS Putat Nutug sepanjang 9,27 km
SS Putat Nutug – SS Rumpin sepanjang 8,23 km
SS Rumpin – Junction Serpong sepanjang 10,56 km
Setelah rampung, ruas ini akan menjadi salah satu jalur strategis penghubung antarwilayah di selatan Jabodetabek, sekaligus mempercepat akses dari Bogor ke Serpong yang selama ini terhambat oleh kepadatan lalu lintas di jalan nasional.
Skema Pendanaan dan Konsorsium Pelaksana
Pembangunan tol dilakukan melalui skema Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) dengan badan usaha pelaksana bernama PT Bogor Serpong Infra Selaras (BSIS). Konsorsium ini terdiri atas beberapa perusahaan besar dengan komposisi kepemilikan sebagai berikut:
PT Persada Utama Infra: 52%
PT Jasa Marga (Persero) Tbk: 26%
PT Adhi Karya (Persero) Tbk: 12%
PT Hutama Karya (Persero): 10%
“Proyek ini juga mendapatkan dukungan penjaminan dari PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia, sebagai bentuk mitigasi risiko dan jaminan keberlanjutan proyek dalam jangka panjang,” jelas Wilan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pembiayaan Infrastruktur (DJPI) Kementerian PU, nilai konstruksi proyek ini mencapai Rp5,27 triliun, dari total investasi sebesar Rp12,35 triliun tersebut. Dengan adanya dukungan pembiayaan dari sektor swasta, pembangunan tol ini tidak akan membebani APBN, sekaligus menjadi contoh nyata efektivitas skema KPBU dalam proyek strategis nasional.
Manfaat Ekonomi dan Integrasi Wilayah
Tol Bogor–Serpong via Parung tidak hanya akan memperpendek waktu perjalanan, tetapi juga memperkuat jaringan konektivitas antarwilayah di Jabodetabek. Ruas baru ini nantinya akan terintegrasi dengan sejumlah tol besar, antara lain:
Tol Bogor Outer Ring Road (BORR)
Tol Depok–Antasari (Desari)
Tol Serpong–Pondok Aren
Tol Serpong–Balaraja
Dengan integrasi tersebut, akan terbentuk jaringan transportasi terpadu yang menghubungkan kawasan Bogor, Depok, Tangerang, dan Serpong secara efisien. Bila saat ini perjalanan antara Serpong dan Bogor bisa memakan waktu 2–3 jam, maka setelah tol beroperasi, waktu tempuh dapat memangkas hingga hanya 45 menit sampai 1 jam.
Selain efisiensi waktu, proyek ini juga diyakini dapat meningkatkan aksesibilitas kawasan penyangga Jakarta serta membuka peluang pertumbuhan ekonomi baru, terutama di sektor perumahan, logistik, dan industri ringan.
Simbol Awal Pembangunan Infrastruktur di Era Baru
Tol Bogor–Serpong via Parung menjadi proyek perdana di era pemerintahan Prabowo Subianto, sekaligus tonggak dimulainya rangkaian proyek jalan tol lain yang akan dikembangkan di berbagai daerah.
Total ada enam proyek tol baru yang disiapkan untuk memperkuat jaringan konektivitas Jabodetabek dan sekitarnya, termasuk proyek yang akan menghubungkan kawasan industri dengan permukiman baru.
Dengan target konstruksi yang segera dimulai setelah pembebasan lahan rampung, proyek ini diharapkan dapat memberikan efek domino terhadap peningkatan mobilitas masyarakat serta efisiensi logistik.
Pemerintah optimistis kehadiran tol ini akan memperlancar pergerakan barang dan jasa, serta mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan barat dan selatan Jakarta.
Pembangunan Tol Bogor–Serpong via Parung menandai langkah awal pemerintahan baru dalam melanjutkan misi pembangunan infrastruktur berkelanjutan. Dengan total investasi Rp12,35 triliun, melintasi dua provinsi, serta melibatkan konsorsium BUMN dan swasta, proyek ini menjadi simbol sinergi antara pemerintah dan dunia usaha.
Selain berfungsi sebagai jalur transportasi, tol ini diharapkan membawa manfaat jangka panjang dalam mendorong pemerataan ekonomi wilayah, mengurangi kemacetan, serta meningkatkan konektivitas antar pusat kegiatan di Jabodetabek.
Sebagai proyek perdana di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, Tol Bogor–Serpong via Parung bukan sekadar infrastruktur fisik, melainkan juga refleksi dari semangat baru untuk mempercepat pembangunan dan memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi nasional.