Harga Emas Dunia Tembus USD 4.000, Rekor Bersejarah Baru

Rabu, 08 Oktober 2025 | 09:53:21 WIB
Harga Emas Dunia Tembus USD 4.000, Rekor Bersejarah Baru

JAKARTA - Pasar keuangan global kembali mencatat sejarah penting. Untuk pertama kalinya, harga emas dunia berhasil menembus level USD 4.000 per ons, sebuah capaian yang mempertegas posisi logam mulia sebagai aset lindung nilai utama di tengah gejolak ekonomi internasional.

Kenaikan ini bukan hanya simbol kekuatan emas, tetapi juga cerminan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian global, inflasi yang terus tinggi, dan kebijakan moneter Amerika Serikat (AS) yang kian agresif.

Pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta), harga emas dunia ditutup di USD 4.004,40 per ons, setelah sempat menyentuh intraday tertinggi sepanjang masa di USD 4.014,60. 

Lonjakan ini menandai kenaikan sekitar 50% sejak awal tahun 2025, menegaskan pergeseran besar dalam strategi investasi global.

Faktor Pendorong Kenaikan Emas

Beberapa faktor utama menjadi pendorong reli emas kali ini. Pertama, pelemahan kurs dolar AS yang sudah anjlok 10% sepanjang tahun membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lain. 

Kedua, dinamika politik global, khususnya langkah Presiden Donald Trump yang dianggap mengacaukan sistem perdagangan internasional serta mengancam independensi bank sentral AS (Federal Reserve), turut memperbesar minat terhadap aset aman seperti emas.

Selain itu, inflasi membandel di berbagai negara membuat investor semakin mencari aset lindung nilai. Situasi geopolitik pun menambah tekanan, mulai dari konflik berkepanjangan di Eropa hingga meningkatnya ketegangan di kawasan Asia.

Peran Bank Sentral dan Investor Ritel

Permintaan emas juga didorong oleh aksi bank sentral dan investor ritel. Tiongkok dan sejumlah negara lain dilaporkan terus mengalihkan kepemilikan dari obligasi pemerintah AS ke emas, terutama setelah Washington menjatuhkan sanksi berat terhadap Rusia pasca invasi ke Ukraina pada 2022. 

Langkah itu memicu tren de-dolarisasi, di mana emas dipandang sebagai alternatif cadangan devisa yang lebih aman.

Investor ritel pun tak mau ketinggalan. Mereka memburu emas sebagai sarana menjaga nilai aset, terlebih ketika instrumen utang jangka pendek kehilangan daya tarik akibat kebijakan suku bunga yang longgar.

Efek Kebijakan The Fed

Keputusan Federal Reserve memangkas suku bunga pada September 2025 menjadi katalis penting bagi reli emas. Dengan suku bunga acuan kini berada di kisaran 4,00–4,25%, imbal hasil surat utang negara AS (Treasury bill) terlihat kurang menarik.

Pasar memperkirakan The Fed masih akan menurunkan suku bunga sebanyak dua kali lagi sebelum akhir tahun. Pertemuan berikutnya pada 29 Oktober mendatang diperkirakan kembali memicu sentimen positif terhadap emas.

Pandangan Investor Besar

Tokoh investor global pun angkat bicara. Ray Dalio, pendiri Bridgewater Associates, menilai emas seharusnya menempati porsi signifikan dalam portofolio.

“Instrumen utang bukanlah cara yang efektif untuk menyimpan kekayaan. Emas adalah satu aset yang berkinerja sangat baik ketika bagian umum portofolio Anda turun,” kata Dalio di Forum Ekonomi Greenwich, Connecticut.

Pernyataan Dalio semakin mempertegas bahwa emas masih menjadi instrumen yang relevan di tengah volatilitas pasar.

Peringatan dari Bank of America

Namun, tidak semua pihak melihat kenaikan ini sebagai peluang tanpa risiko. 

Bank of America (BofA) memperingatkan adanya potensi “kelelahan tren” pada emas. Menurut analis BofA, harga yang sudah mendekati USD 4.000 bisa membuka peluang konsolidasi atau bahkan koreksi pada kuartal keempat 2025.

BofA menekankan bahwa meski emas menjadi pilihan utama banyak investor, pergerakan harga yang terlalu cepat bisa memicu aksi ambil untung yang signifikan.

Tren Jangka Panjang Masih Positif

Terlepas dari potensi koreksi jangka pendek, sejumlah lembaga investasi tetap optimistis terhadap prospek emas. UBS, misalnya, memprediksi harga emas dapat menembus USD 4.200 per ons dalam beberapa bulan ke depan, terutama jika The Fed kembali memangkas suku bunga dan ketidakpastian global terus berlanjut.

Sejak awal tahun, harga emas sudah melonjak lebih dari 50%. Tren ini konsisten dengan pola historis di mana emas biasanya mencetak rekor baru ketika pasar menghadapi gejolak besar, baik dari sisi geopolitik, moneter, maupun ekonomi.

Emas vs Instrumen Lain

Reli emas kali ini juga menyoroti pergeseran preferensi investor dari aset berbasis dolar dan instrumen utang ke aset fisik. 

Dengan pelemahan dolar, ketidakpastian arah kebijakan perdagangan AS, serta risiko sanksi ekonomi, emas kembali dipandang sebagai “uang sejati” yang tidak bergantung pada otoritas tertentu.

Jika tren de-dolarisasi berlanjut, peran emas bisa semakin menguat dalam sistem keuangan global, mirip dengan era sebelum dolar mendominasi cadangan devisa internasional.

Kesimpulan

Lonjakan harga emas dunia hingga menembus USD 4.000 per ons menandai titik bersejarah dalam perjalanan logam mulia sebagai aset lindung nilai. Faktor pelemahan dolar, inflasi, ketidakpastian geopolitik, serta kebijakan The Fed menjadi pendorong utama reli ini.

Meskipun ada peringatan dari sejumlah analis tentang risiko konsolidasi atau koreksi, pandangan jangka panjang terhadap emas tetap positif. 

Dengan semakin banyaknya bank sentral, investor institusional, hingga investor ritel yang beralih ke emas, logam mulia ini diperkirakan akan terus memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas portofolio global.

Terkini