Data BPS vs Laporan Morgan Stanley: Potret Pengangguran Indonesia 2025

Rabu, 08 Oktober 2025 | 12:03:44 WIB
Data BPS vs Laporan Morgan Stanley: Potret Pengangguran Indonesia 2025

JAKARTA - Isu pengangguran kembali menjadi sorotan publik setelah laporan Morgan Stanley menyebut Indonesia sebagai negara dengan tingkat pengangguran muda tertinggi di Asia pada 2025. 

Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) juga merilis data resmi yang menggambarkan kondisi ketenagakerjaan nasional. Perbandingan dua sumber ini memberi gambaran yang lebih utuh mengenai tantangan dunia kerja Indonesia.

Morgan Stanley Soroti Pengangguran Muda

Dalam laporan terbarunya yang bertajuk Asia Faces Rising Youth Unemployment Challenge, lembaga keuangan global Morgan Stanley menilai tingkat pengangguran muda di kawasan Asia meningkat tajam. 

Negara-negara besar seperti China, India, dan Indonesia dianggap menghadapi tantangan serius dalam menyerap tenaga kerja usia produktif.

Untuk Indonesia, angka pengangguran usia 15–24 tahun disebut mencapai 17,3%, salah satu yang tertinggi di kawasan. Angka ini bahkan 2–3 kali lipat lebih tinggi dibandingkan tingkat pengangguran umum yang berada pada kisaran 2–7%.

“Dengan tingkat pengangguran pemuda sebesar 17,3%, Indonesia memiliki tingkat pengangguran pemuda yang sangat tinggi dibandingkan dengan ekonomi Asia lainnya,” tulis Morgan Stanley dalam laporannya.

Laporan tersebut juga menegaskan bahwa perlambatan ekonomi, ketidakpastian investasi, serta dampak jangka menengah dari otomasi dan kecerdasan buatan (AI) berkontribusi pada semakin sulitnya penciptaan lapangan kerja baru.

Masalah Struktural: Setengah Pengangguran dan Sektor Informal

Selain angka pengangguran resmi, Morgan Stanley menyoroti tingginya tingkat setengah pengangguran di Indonesia. Tercatat 59% pekerjaan baru dalam satu dekade terakhir berada di sektor informal. Banyak di antaranya dengan upah di bawah standar minimum.

Rendahnya investasi juga dianggap sebagai akar persoalan. Rasio investasi terhadap PDB Indonesia saat ini hanya 29%, turun dari 32% sebelum pandemi. Kondisi ini berpotensi menekan penciptaan lapangan kerja baru dalam jangka panjang.

“Latar belakang saat ini yang ditandai dengan sentimen korporasi yang lemah di tengah ketidakpastian kebijakan domestik menyarankan bahwa siklus belanja modal akan tetap lemah untuk waktu yang lebih lama, yang akan menimbulkan tekanan berkelanjutan pada penciptaan lapangan kerja,” tulis riset Morgan Stanley.

BPS: 7,28 Juta Pengangguran pada Februari 2025

Sementara itu, data resmi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) memberi gambaran kondisi tenaga kerja di dalam negeri. Per Februari 2025, jumlah pengangguran di Indonesia tercatat mencapai 7,28 juta orang. Angka tersebut naik 83.450 orang dibandingkan setahun sebelumnya.

Jika dibandingkan dengan total angkatan kerja yang mencapai 153,05 juta orang, persentase pengangguran berada di level 4,76%. 

Kepala BPS, Amalia Adininggar Widyasanti, menyatakan bahwa peningkatan jumlah pengangguran juga dipengaruhi bertambahnya jumlah angkatan kerja baru, termasuk lulusan sekolah dan perguruan tinggi.

“Sebanyak 7,28 juta orang atau 4,76% dari total angkatan kerja pada Februari 2025 merupakan pengangguran,” kata Amalia, dikutip dari Kompas.com.

Selain itu, ada fenomena ibu rumah tangga yang kembali memasuki dunia kerja, sehingga menambah jumlah pencari kerja.

Indonesia Masih Tertinggi di ASEAN

Jika melihat perbandingan kawasan, Indonesia menempati posisi pertama sebagai negara dengan tingkat pengangguran tertinggi di ASEAN. 

Data Trading Economics menunjukkan per Maret 2025, angka pengangguran Indonesia sebesar 4,76%, lebih tinggi dibanding Brunei Darussalam (4,7%), Filipina (3,7%), Malaysia (3%), hingga Thailand (0,89%).

Berikut daftar tingkat pengangguran di Asia Tenggara (2024–2025):

Indonesia: 4,76% (per Maret 2025)

Brunei Darussalam: 4,7% (per Desember 2024)

Filipina: 3,7% (per Juni 2025)

Malaysia: 3% (per Mei 2025)

Myanmar: 3% (per Desember 2024)

Vietnam: 2,24% (per Juni 2025)

Singapura: 2,1% (per Juni 2025)

Timor Leste: 1,6% (per Desember 2024)

Laos: 1,2% (per Desember 2024)

Thailand: 0,89% (per Maret 2025)

Kamboja: 0,27% (per Desember 2024)

Meskipun persentase ini turun dari 4,91% pada periode sebelumnya, Indonesia tetap bertahan di peringkat pertama. Faktor jumlah penduduk yang mencapai 285 juta jiwa pada 2024 ikut mempengaruhi besarnya angka pengangguran.

Filipina yang memiliki penduduk 115,8 juta jiwa, misalnya, juga masuk lima besar dengan tingkat pengangguran 3,7%. Sebaliknya, Vietnam dengan 101 juta penduduk hanya mencatat 2,24%.

Tantangan ke Depan

Perbandingan antara laporan Morgan Stanley dan data BPS sama-sama menunjukkan bahwa Indonesia menghadapi persoalan serius di bidang ketenagakerjaan. 

Dari sisi global, angka pengangguran muda menjadi sorotan. Dari sisi domestik, jumlah pengangguran secara keseluruhan masih relatif tinggi di antara negara ASEAN.

Kombinasi tingginya angka pengangguran, besarnya sektor informal, serta lemahnya investasi menciptakan tantangan ganda. Apalagi, bonus demografi masih berlangsung hingga satu dekade ke depan. 

Jika tidak diantisipasi dengan kebijakan penciptaan lapangan kerja yang tepat, peluang emas tersebut bisa berubah menjadi beban.

Kesimpulan

Laporan Morgan Stanley memberi peringatan soal tingginya pengangguran muda Indonesia, sementara data BPS menegaskan angka pengangguran secara keseluruhan masih tertinggi di ASEAN. 

Kedua sumber ini menunjukkan hal yang sama: Indonesia masih menghadapi persoalan mendasar dalam menciptakan pekerjaan layak dan berkelanjutan.

Perlambatan investasi, dominasi sektor informal, serta gelombang teknologi baru seperti otomasi dan AI membuat tantangan semakin kompleks. 

Tanpa langkah konkret memperkuat industri dan membuka ruang investasi, masalah pengangguran bisa terus membayangi meski ekonomi Indonesia tumbuh positif.

Terkini