Prabowo

Prabowo Tekankan Profesionalisme TNI, Kompetensi Jadi Patokan Utama

Prabowo Tekankan Profesionalisme TNI, Kompetensi Jadi Patokan Utama
Prabowo Tekankan Profesionalisme TNI, Kompetensi Jadi Patokan Utama

JAKARTA - Presiden Prabowo Subianto menegaskan arah baru dalam pembinaan kepemimpinan di lingkungan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Dalam amanatnya pada peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-80 TNI di Lapangan Silang Monas, Jakarta, Minggu, 6 Oktober 2025, Prabowo menekankan pentingnya kompetensi dan profesionalisme dibandingkan senioritas dalam menentukan jabatan kepemimpinan di tubuh TNI.

Pesan itu, menurut Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi yang juga bertindak sebagai Juru Bicara Presiden, mencerminkan keinginan Prabowo untuk memperkuat sistem meritokrasi di lingkungan militer. Ia menilai, semangat tersebut sudah sejalan dengan proses regenerasi dan pembinaan karier yang selama ini dijalankan di TNI.

“Bapak Presiden memang memberikan penekanan kepada seluruh jajaran TNI untuk mengutamakan kompetensi melebihi segalanya dibandingkan dengan masalah senioritas. Saya kira sudah dijalankan dan pasti akan terus dijalankan, karena kita memang betul-betul ingin profesionalitas dalam menjalankan tugas TNI,” ujar Prasetyo menjawab pertanyaan wartawan usai menghadiri peringatan HUT Ke-80 TNI.

Menurut Prasetyo, langkah tersebut menunjukkan bahwa pemerintahan saat ini ingin memastikan TNI tetap menjadi institusi yang adaptif dan modern. Ia menilai, perubahan paradigma dari sekadar senioritas menuju pada pengakuan atas kemampuan nyata menjadi pondasi penting dalam menjaga kualitas kepemimpinan di tubuh militer.

“Keinginan Presiden itu sudah berjalan di lingkungan TNI, terutama dalam menyeleksi jajaran pimpinan dan komandan satuan,” tambahnya.

Tidak untuk Membenturkan Senior dan Junior

Prasetyo juga menegaskan bahwa pesan Presiden Prabowo tidak boleh disalahartikan sebagai bentuk pengesampingan para prajurit senior. Ia meminta publik memahami konteks amanat tersebut sebagai upaya memperkuat profesionalisme, bukan untuk menimbulkan perpecahan di antara generasi prajurit.

“Ini jangan juga dimaknai bahwa selalu yang senior kurang kompetensinya daripada yang junior. Tidak begitu maknanya. Jadi nanti jangan dibentur-benturkan antara senior dan junior,” jelasnya.

Penegasan itu penting mengingat isu senioritas di tubuh militer kerap menjadi perdebatan ketika terjadi promosi atau rotasi jabatan strategis. Dengan menekankan kompetensi, Presiden ingin memastikan setiap prajurit memiliki kesempatan yang sama untuk meniti karier berdasarkan prestasi, dedikasi, dan loyalitas terhadap negara.

Momentum Refleksi di HUT Ke-80 TNI

Peringatan HUT Ke-80 TNI menjadi momen refleksi atas arah pembenahan kelembagaan di tubuh militer Indonesia. Prasetyo, dalam kesempatan yang sama, menyampaikan rasa bangganya terhadap kiprah TNI yang terus bertransformasi dan menjaga profesionalitas.

“Hari ini kita bangga sekali. Kita semua hadir di sini dalam rangka merayakan hari ulang tahun TNI yang ke-80. Semoga TNI semakin profesional, semakin dicintai rakyat, semakin dekat dengan rakyat. TNI PRIMA, TNI Rakyat, Indonesia Maju,” ujar Prasetyo.

Pesan tersebut senada dengan visi Presiden Prabowo yang menekankan pentingnya hubungan erat antara TNI dan rakyat. Profesionalitas dan meritokrasi, dalam pandangan pemerintah, bukan hanya soal urusan internal organisasi, tetapi juga bagian dari komitmen memperkuat kepercayaan publik terhadap TNI sebagai alat pertahanan negara.

Pemimpin Terbaik dari Prajurit Terbaik

Dalam amanatnya, Presiden Prabowo secara eksplisit menyebut bahwa setiap prajurit berhak mendapatkan pemimpin terbaik. Oleh karena itu, seleksi kepemimpinan di lingkungan TNI tidak boleh semata-mata berpatokan pada urutan masa dinas atau angkatan, tetapi lebih kepada kemampuan nyata dan rekam jejak pengabdian.

“Saya memberi izin kepada Panglima TNI dan kepala staf dalam rangka seleksi kepemimpinan tidak perlu terlalu memperhitungkan senioritas. Yang penting prestasi, pengabdian, cinta tanah air,” kata Prabowo di hadapan Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Maruli Simanjuntak, Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana Muhammad Ali, dan Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal M. Tonny Harjono.

Pernyataan itu menandai arah baru kebijakan pembinaan karier di lingkungan TNI di bawah pemerintahan Prabowo. Pendekatan berbasis kompetensi dinilai akan mendorong lahirnya pemimpin militer yang lebih tangguh, inovatif, dan siap menghadapi tantangan pertahanan modern.

Transformasi Profesionalisme TNI

Fokus pada kompetensi sejalan dengan visi besar pemerintah dalam memperkuat sistem pertahanan nasional berbasis profesionalisme. Selama beberapa tahun terakhir, reformasi di tubuh TNI telah diarahkan pada peningkatan kualitas sumber daya manusia, efisiensi organisasi, serta penguasaan teknologi pertahanan.

Dengan dorongan dari Presiden, langkah meritokrasi ini diharapkan mampu mempercepat adaptasi TNI terhadap dinamika global dan tantangan geopolitik kawasan. Penempatan prajurit terbaik di posisi strategis diyakini akan memperkuat kemampuan institusi menghadapi ancaman multidimensi, baik konvensional maupun non-konvensional.

Selain itu, meritokrasi juga menjadi cerminan nilai keadilan dalam pembinaan karier, memastikan bahwa setiap prajurit mendapatkan kesempatan yang setara berdasarkan kinerja dan dedikasinya.

Menuju TNI yang Semakin Modern dan Profesional

Pesan Presiden Prabowo tidak sekadar seruan moral, melainkan juga penegasan arah kebijakan pembinaan personel. Dengan mengedepankan kompetensi, pemerintah ingin memastikan bahwa setiap jenjang kepemimpinan di TNI ditempati oleh sosok yang memiliki kapasitas, loyalitas, dan semangat pengabdian tinggi.

Di tengah tantangan global yang terus berubah, kebijakan berbasis meritokrasi ini menjadi bagian penting dari upaya mewujudkan TNI yang modern, kuat, dan responsif terhadap kebutuhan pertahanan masa depan.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index